Dengan jumlah penduduk yang mencapai sekitar 3.052.020 Orang di Tahun 2017, Kota Surabaya berkembang sebagai Kota Metropolitan. Posisi strategis Kota Surabaya sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat membuatnya selalu dinamis. Menjadi pusat aktivitas sama artinya menjadi tempat merantau bagi orang dari berbagai daerah. Jumlah penduduk jelas akan semakin meningkat seiring pesona Kota Surabaya yang menjanjikan segala macam kemudahan. Kota Surabaya harus tetap menjadi rumah yang aman dan nyaman bagi penghuninya.
Suku | Populasi |
---|---|
Jawa | 83,68% |
Madura | 7,5% |
Tionghoa | 7,25% |
Arab | 2,04% |
Surabaya merupakan salah satu pusat penyebaran Agama Islam yang paling awal di Tanah Jawa dan merupakan basis warga Nahdlatul Ulama. Masjid Ampel didirikan pada abad ke-15 oleh Sunan Ampel, salah satu tokoh Walisongo. Selain Agama Islam, agama lain yang dianut sebagian penduduk adalah Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Walaupun Islam merupakan mayoritas di Surabaya, kerukunan antar umat beragama untuk saling menghormati, menghargai, dan saling bekerjasama sangat terjaga.
Agama | Populasi |
---|---|
Islam | 85,1% |
Kristen | 9,1% |
Katholik | 4,0% |
Hindu | 0,3% |
Buddha | 1,5% |
Konghucu | 0.0% |
Surabaya memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan boso Suroboyoan (bahasa ke-Surabaya-an). Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya dan sekitarnya, dan memiliki pengaruh di bagian timur Provinsi Jawa Timur. Dialek ini dikenal egaliter, blak-blakan, dan masyarakat Surabaya dikenal cukup fanatik dan bangga terhadap bahasanya. Namun sebagian besar penduduk Surabaya masih menjunjung tinggi adat istiadat Jawa, termasuk penggunaan bahasa Jawa halus untuk menghormati orang yang lebih tua atau orang yang baru dikenalnya. Tetapi sebagai dampak peradaban yang maju dan banyaknya pendatang yang datang ke Surabaya, secara tidak langsung telah mencampuradukkan bahasa asli Surabaya, ngoko, dan bahasa Madura, sehingga diperkirakan banyak kosakata asli bahasa Surabaya yang sudah punah.